Minggu, 30 Januari 2011

PENGELOLAAN ADAPTIF

A.      Pengertian Pengelolaan Adaptif
Pengelolaan adaptif adalah memantau komponen-komponen penting ekosistem (jumlah individu dari spesies yang dianggap penting, tutupan vegetasi, kualitas air, dan sebagainya) serta mengumpulkan data yang diperlukan dan kemudian menggunakan hasilnya untuk menjalankan praktik pengelolaan sesuai keadaan setempat. Pengelolaan adaptif merupakan suatu cara bagi para pemangku kepentingan untuk mengambil langkah secara bertanggung jawab ketika menghadapi ketidakpastian. Pendekatan ini memungkinkan dilakukannya perbaikan sesering dibutuhkan melalui proses yang berulang-ulang. Pengelolaan secara adaptif sebagai suatu proses yang digunakan untuk menyesuaikan strategi pengelolaan supaya mereka dapat mengatasi perubahan dengan lebih baik.
Pengelolaan adaptif merupakan salah satu cara pengelolaan ekosistem. Pengelolaan ekosistem melibatkan semua pihak yang berperan dan berkepentingan dalam pemanfaatan ekosistem berskala besar. Sebagai contoh aliran sungai perlu dikelola untuk beragam fungsi, yang pada umumnya akan saling mempengaruhi.


B.      Syarat Pendekatan Pengelolaan Adaptif
1.        Dibangun berdasarkan kepentingan bersama antara penghidupan masyarakat adat bermobilitas yang terpilih dan tujuan pengelolaan sumber daya alam yang lestari dari bidang konservasi.
2.        Memperbolehkan diversifikasi penghidupan, dan menjamin manfaat-manfaat yang beragam pada semua tingkat, termasuk layanan bermobilitas.
3.        Mengakui keanekaragaman sistem-sistem kepemilikan dan penggunaan sumber daya alam, termasuk penggunaan sumber daya alam bersama berdasarkan adat.
4.        Mengakui dan mendukung sumbangan-sumbangan masyarakat adat bermobilitas untuk melestarikan dan meningkatkan keanekaragaman genetik jenis-jenis binatang dan tumbuhan termasuk ternak dan tanaman.
5.        Belajar dari praktek-praktek pengelolaan masyarakat adat bermobilitas yang lentur untuk memperkaya praktek-praktek di bidang konservasi.
6.        Mengembangkan perencanaan kelestarian lingkungan dengan skala jangkauan wilayah yang lebih luas, dengan pemakaian ide mobilitas sebagai konsep pokok serta menggabungkan kedua pandangan-pandangan ekologis dan budaya.

C.  Cara melakukan Pengelolaan adaptif
Kondisi asli suatu kawasan seringkali telah berubah akibat berbagai kegiatan manusia, kawasan yang dilindungi pun perlu dikelola sedemikian rupa untuk mempertahankan keanekaragaman hayatinya. Pengelolaan kawasan dapat berupa pembentukan zonasi yang melarang (ataupun mengizinkan) kegiatan tertentu. Langkah pengelolaan bahkan dapat berbentuk pembuatan gangguan terkendali seperti pembakaran terbatas. Interaksi dengan masyarakat setempat merupakan faktor penting dalam kesuksesan kawasan konservasi sehingga harus merupakan bagian penting dalam rencana pengelolaan.
Tidak diragukan lagi bahwa pembangunan manusia sangat tergantung hasil hutan, sayangnya, tirdak ada pemahaman yang mencoba mengintegrasikan konservasi dengan pembangunan khusunya pemanfaatan lestari keanekaragaman hayati. Pemerintah telah menetapkan kawasan lindung. Tetapi, sayang banyak  masalah dalam pengelolaan kawasan konservasi tersebut. Masalah penting lainnya adalah: status lahan yang tidak jelas, konflik kepentingan, dan pendanaan. Saat ini, berdasarkan pengalaman, dibutuhkan suatu kerja sama terpadu dalam pengelolaan kawasan konservasi.
Proses pengelolaan adaptif dikembangkan melalui tahaptahap berikut:
Tahap 1: Penelitian Lebih Lanjut dan Pemeriksaan Lapangan (sebelum pekerjaan konstruksi)
Penelitian lebih lanjut, termasuk investigasi lapangan, diperlukan dalam menganalisis penetapan nilai dan kerentanan habitat sisa hutan yang kecil dan populasi spesies yang terancam punah, dan habitat alternatif lokal. Isuisu penting yang perlu dipertimbangkan :
       Seberapa rentan habitat dan spesies yang terancam punah terhadap perubahan di daerah proyek?
       Apakah habitat dan populasi spesies yang terancam punah dapat bertahan hidup tanpa intervensi sekarang? Apakah mereka dapat bertahan hidup tanpa intervensi jika PLTA dibangun?
Tahap 2: Pilihan Konservasi dan Pengembangan Strategi Pengelolaan Keragaman Hayati (Sebelum pekerjaan Konstruksi)
       Pengembangan pilihan untuk konservasi / perlindungan, termasuk biaya dan manfaat, berdasarkan nilainilai yang diidentifikasi dalam Tahap 1.
       Memperbaharui rencana ini dengan pilihan yang lebih tepat.
Tahap 3: Penerapan Strategi Pengelolaan Keragaman Hayati (Selama Konstruksi dan Pembersihan Lahan Reservoir )
·      Mengimplementasikan strategi selama konstruksi.

Tahap 4: Pemantauan dan Review (Sebelum Penggenangan)
Pekerjaan lapangan lebih lanjut dan penilaian atas pekerjaan yang telah diselesaikan selama masa konstruksi terhadap tujuan. Rencana ini, sebelum penggenangan, dengan rekomendasi untuk perubahan yang diperlukan pada konservasi keragaman Hayati dan perlindungan selama penggenangan dan operasional. Pembaharuan Rencana dibutuhkan selama tahap ini.
Tahap 5: Implementasi Pada Strategi Yang Diperbaharui (Selama Penggenangan dan Operasional)
Implementasi rencana yang diperlukan, meliputi pemantauan, review dan pembaharuan sesuai kebutuhan. Proses pengelolaan adaptif dimulai dengan refleksi untuk mengidentifikasi  masalah-masalah mendasar, peluang, dan pokok persoalan. Hasil refleksi itu kemudian diangkat sebagai faktor yang penting untuk dipertimbangkan dalam perencanaan, diikuti dengan tindakan nyata untuk mencapai tujuan pengelolaan. Pada saat membuat perencanaan, para pengelola juga harus merancang bagaimana mereka akan memantau apakah rencana tersebut dapat memenuhi tujuan dan apakah rencana itu efektif. Hasil pemantauan digunakan dalam proses evaluasi/ refleksi untuk:
1)   Menemukan penyebab tidak efektifnya suatu rencana atau tindakan tertentu dan mengidentifi kasi keunggulan dan kelemahan keputusan yang telah diambil sebelumnya
2)   Menjajaki apakah tujuan masih tetap relevan
3)   Mengidentifikasi perubahan yang terjadi seperti perubahan akibat kebakaran hutan, kebijakan baru, atau perubahan demografi di dalam keseluruhan sistem sosial dan sumber daya alam yang membutuhkan penyesuaian rencana
4)   Mempertimbangkan langkah selanjutnya, termasuk kemungkinan perlunya penyesuaian rencana dan tujuan semula.
Konsep Rencana Pengelolaan Keragaman Hayati ini meliputi Pengelolaan terhadap spesies yang terancam punah dan habitat hutan di dalam wilayah proyek PLTA Upper Cisokan. Dokumen rencana pendekatan pengelolaan adaptif untuk konservasi keragaman Hayati, yang mencakup pendekatan bertahap untuk :
       Mengevaluasi lebih lanjut kesinambungan dan kerentanan sisa habitat dan biotanya.
       Mengidentifikasi metode pengelolaan yang tepat untuk melestarikan habitat dan populasi spesies yang terancam punah.
       Mengimplementasikan metode pengelolaan yang tepat terutama selama konstruksi dan prapenggenangan (dengan proses monitoring dan review untuk kelanjutan pengelolaan yang tepat selama penggenangan dan tahap operasional).
Rencana tersebut meliputi :
       Sisa habitat hutan yang terletak diantara dua reservoir.
1.    Tidak berkurangnya populasi spesies yang terancam punah.
2.    Pemeliharaan dan perlindungan dari sisasisa hutan sekunder
       Spesies fauna yang terancam punah dalam daerah proyek
       Greenbelt reservoir
1.    Pengembangan dengan menggunakan spesies hutan lokal.
2.    Perlindungan dari pembangunan, pertanian, pembersihan lahan, pemukiman, perburuan
3.    atau pemanenan.
       Lingkungan sungai
1.    Tidak berkurangnya populasi spesies pangan untuk masyarakat sekitar.
2.    Tidak berkurangnya populasi spesies ikan lokal.
Pengelolaan adaptif, mencakup siklus perencanaan, pembentukan, pelaksanaan, penilaian dan pengawasan, serta evaluasi dan pengambilan keputusan

D.  Tujuan Pengelolaan adaptif
Suatu pendekatan pengelolaan adaptif akan dilakukan untuk mengisi kesenjangan dalam pengetahuan saat ini dan tepat guna dalam menanggapi resiko potensial pada Keragaman Hayati, sebagai petunjuk dengan proses yang rinci pada rencana ini. Tujuan dilakukannya pengelolaan adaptif ini adalah
·      Untuk melindungi dan, bila memungkinkan, meningkatkan komunitas hutan sisa (baik habitat maupun biota/habitatnya) sehingga menjadi ekosistem yang mandiri.
·      Melindungi dan memulihkan greenbelt reservoir guna menyediakan habitat tambahan untuk satwa liar langka.
·      Untuk melindungi dan, bila memungkinkan meningkatkan populasi spesies yang terancam punah di daerah proyek.

E.  Contoh Kasus dalam Pengelolaan Adaptif
 Taman Nasional Bunaken,    Taman Nasional Batang Gadis,  Taman Nasional Kutai, Taman Nasional Gunung Gede-Parango, dan lain-lain.


Daftar Rujukan

Anonim. Tanpa tahun. Menuju Pengelolaan Bersama
Secara Adaptif
. (Online): (
http://www.cifor.cgiar.org/publications/Html/AR-98/Bahasa/Adaptive.html diakses pada tanggal 3 November 2010).

Anonim. 2009. Adaptive Collaborative Management. (Online) (http://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/adaptive-collaborative-management/, diakses pada tanggal 3 November 2010).

Cifor. 2008. Pengelolaan Bersama secara Adaptif Dapat Membantu Kita Menghadapi Perubahan Iklim. (Online). (http://www.cifor.cgiar.org/Knowledge/Publications/DocumentDownloader?a=d&p=%5Cpublications%5Cpdf_files%5CInfobrief%5C013-infobrief-I.pdf, diakses tanggal 3 November 2010).
Indrawan, Mochamad. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta

Tidak ada komentar: